Minggu, 30 Juni 2013

5 Kunci Pernikahan Bahagia


KOMPAS.com - Setiap orang yang menikah pasti mendambakan kehidupan pernikahan yang bahagia. Akan tetapi sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa kehidupan pernikahan yang bahagia tidak cukup hanya mengandalkan cinta. Anda bisa mendapatkan pernikahan yang bahagia bila mengupayakan beberapa syarat berikut:

1. Menikah dengan pasangan yang punya pengeluaran sama
Uang merupakan salah satu masalah paling krusial dalam hidup berpasangan. Permasalahan akan semakin besar ketika Anda dan pasangan punya pandangan yang berbeda tentang pengeluaran. Ketika orang yang boros menikah dengan orang yang sangat berhati-hati mengeluarkan uang, akan sering terjadi perbedaan pendapat dan mengorbankan pernikahan mereka.

Tim peneliti yang dipimpin oleh Scott Rick dari University of Michigan's Ross School of Business, melakukan survei terhadap 1000 orang dewasa yang sudah menikah dan yang belum menikah. Hasil penelitian menunjukkan, ternyata masih banyak orang yang memilih pasangan dengan pandangan tentang uang yang berlawanan dengan mereka. Meski pasangan yang sifatnya berlawanan dianggap lebih romantis, namun dalam hal keuangan pasangan seperti ini akan sering mengalami konflik, dan kurang mengalami kepuasan dalam pernikahan dalam jangka panjang daripada mereka yang pasangannya juga suka belanja.
"Meskipun pasangan yang sama-sama boros akan memiliki utang yang lebih besar dibandingkan dengan yang hemat, namun tingkat perdebatan tentang uang akan bisa diminimalisasi," ungkap Rick.

2. Sering bercinta
Setiap orang memiliki sifat negatif, termasuk pasangan Anda. Akan tetapi, sebagai pasangan yang baik sudah sepantasnya Anda memahami dan mengerti akan sifat buruknya untuk mendapatkan kehidupan yang bahagia.

Sebuah penelitian yang dilakukan Michelle Russell dan James McNulty dari University of Tennessee mengungkapkan, ada satu cara untuk meredam sifat buruk pasangan, yaitu dengan bercinta. Seks bisa menjadi jawaban untuk membuat pasangan menjadi lebih bahagia. Setelah beberapa tahun menikah, biasanya kehidupan seks akan semakin berkurang dibandingkan dengan pada masa awal pernikahan. Padahal pasangan yang sering bercinta lebih puas dan bahagia dalam pernikahannya daripada yang jarang berhubungan seks.

Sebuah survei yang dimuat dalam British Journal of Urology International mengungkapkan sebuah fakta bahwa pria yang berusia 50 tahun ternyata lebih puas dalam kehidupan seks mereka dibandingkan pria berusia 30-40 tahun. Pria usia 50 tahun ternyata memiliki tingkat kepuasan yang sama dengan pasangan yang berusia 20-29 tahun. Frekuensi dan kepuasan bercinta dinilai mampu melanggengkan pernikahan Anda.

3. Sering ungkapkan "terima kasih" dan "kita"

Pada tahun 2007 lalu, para peneliti dari Arizona State University mengadakan sebuah survei terhadap suami-istri tentang rasa penghargaan satu sama lain sebagai partner. Ternyata, cukup banyak pasangan yang sering mengucapkan atau melakukan perbuatan yang melambangkan rasa syukur dan terima kasih satu sama lain. Di luar itu, masih banyak orang yang agak sulit menghargai orang lain. Dalam hidup berpasangan, saling menghargai dan menyampaikan terima kasih terbukti membuat pasangan hidup rukun dan mengurangi tingkat kebencian terhadap pasangan. Pasangan yang saling menghargai juga merasa lebih puas dengan hubungan mereka dibandingkan mereka yang jarang mengucapkan terima kasih dan kurang menghargai pasangannya.

Selain ucapan "terima kasih", kebiasaan yang juga membuat pasangan merasa lebih bahagia adalah selalu mengucapkan "kita". Studi yang dimuat dalam Journal Psychology and Aging mengungkapkan, pasangan yang membahasakan diri dengan "kita" dan "kami" ternyata menunjukkan perhatian dan kasih sayang yang lebih. Kata tersebut juga dinilai mampu menurunkan tingkat stres fisiologis dan perilaku negatif (marah) yang mungkin terjadi saat berbeda pendapat. Penelitian ini juga membuktikan bahwa kata-kata egois seperti "aku", "kamu" dan "saya" selama berdebat justru akan membuat emosi semakin tinggi. Penggunaan kata ini juga berkaitan dengan ketidakpuasan dalam pernikahan.

4. Tidak mudah menyerah untuk bahagia
Terkadang kita merasa pasangan kita memiliki banyak sifat negatif. Namun, menurut penelitian yang dilakukan University of Tennessee, pernikahan justru bisa langgeng karena adanya beberapa perilaku negatif pasangan.

"Salah satu cara untuk berkembang dan meningkatkan kualitas pernikahan adalah dengan mengalami dan menghadapi masalah. Proses saling menyalahkan satu sama lain dan menyarankan pasangan untuk berubah ke arah yang lebih positif bisa membuat pernikahan jadi lebih baik," tukas psikolog James McNulty.
Pada dasarnya, pasangan bisa menjadi lebih bahagia ketika mereka bisa memahami dan mengerti keinginan pasangannya satu sama lain. McNulty menambahkan bahwa proses menyalahkan pasangan (dengan cara dan alasan yang tepat) ternyata dapat memotivasi pasangan untuk berubah ke arah yang lebih baik, dan memberi kenyamanan pada kedua belah pihak. Jangan mudah menyerah untuk mengubah sifat dan perilaku negatif pasangan agar berubah ke arah yang lebih baik.

5. Kerja keras
Cinta dan kebahagiaan dalam pernikahan bisa bertahan selamanya jika Anda mampu melewati berbagai ujian hidup. Dalam studi yang dipublikasikan dalam Journal Review of General Psychology, para peneliti dari University of California melakukan survei terhadap lebih dari 6000 orang yang baru menikah dan yang sudah menikah selama 20 tahun lebih.

Dari penelitian ini terlihat, banyak pasangan yang masih saling mencintai sekalipun sudah hidup bersama selama puluhan tahun. Mereka menemukan bahwa kunci untuk menjaga romantisme dalam pernikahan adalah kerja keras. "Pasangan yang sudah hidup bersama selama puluhan tahun ini ternyata bekerja keras untuk bisa mempertahankan hubungan mereka. Mereka sangat peduli tentang hubungan mereka, menyelesaikan konflik dengan baik, dan memiliki komunikasi yang lancar," ungkap Bianca Acevedo, salah satu peneliti dari University of California, Santa Barbara.

Selain itu, penelitian juga membuktikan bahwa pengalaman baru yang dilakukan bersama juga bisa merangsang produksi zat dopamin dan norepinefrin dalam otak yang berfungsi meningkatkan rasa bahagia dalam hidup pernikahan. Pengalaman dan petualangan baru ini dapat menciptakan suasana baru yang menyenangkan bagi kedua pasangan.
 
sumber : http://female.kompas.com/read/2012/06/22/14253759/5.Kunci.Pernikahan.Bahagia.

Tata Cara Pernikahan Dalam Islam : 2. Aqad Nikah

Dalam aqad nikah ada beberapa syarat, rukun dan kewajiban yang harus dipenuhi, yaitu adanya:
1. Rasa suka sama suka dari kedua calon mempelai
2. Izin dari wali
3. Saksi-saksi (minimal dua saksi yang adil)
4. Mahar
5. Ijab Qabul
• Wali
Yang dikatakan wali adalah orang yang paling dekat dengan si wanita. Dan orang paling berhak untuk menikahkan wanita merdeka adalah ayahnya, lalu kakeknya, dan seterusnya ke atas. Boleh juga anaknya dan cucunya, kemudian saudara seayah seibu, kemudian saudara seayah, kemudian paman. [1]
Ibnu Baththal rahimahullaah berkata, “Mereka (para ulama) ikhtilaf tentang wali. Jumhur ulama di antaranya adalah Imam Malik, ats-Tsauri, al-Laits, Imam asy-Syafi’i, dan selainnya berkata, “Wali dalam pernikahan adalah ‘ashabah (dari pihak bapak), sedangkan paman dari saudara ibu, ayahnya ibu, dan saudara-saudara dari pihak ibu tidak memiliki hak wali.” [2]
Disyaratkan adanya wali bagi wanita. Islam mensyaratkan adanya wali bagi wanita sebagai penghormatan bagi wanita, memuliakan dan menjaga masa depan mereka. Walinya lebih mengetahui daripada wanita tersebut. Jadi bagi wanita, wajib ada wali yang membimbing urusannya, mengurus aqad nikahnya. Tidak boleh bagi seorang wanita menikah tanpa wali, dan apabila ini terjadi maka tidak sah pernikahannya.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Siapa saja wanita yang menikah tanpa seizin walinya, maka nikahnya bathil (tidak sah), pernikahannya bathil, pernikahannya bathil. Jika seseorang menggaulinya, maka wanita itu berhak mendapatkan mahar dengan sebab menghalalkan kemaluannya. Jika mereka berselisih, maka sulthan (penguasa) adalah wali bagi wanita yang tidak mempunyai wali.” [3]
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak sah nikah melainkan dengan wali.” [4]
Juga sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
“Tidak sah nikah kecuali dengan adanya wali dan dua saksi yang adil.” [5]
Tentang wali ini berlaku bagi gadis maupun janda. Artinya, apabila seorang gadis atau janda menikah tanpa wali, maka nikahnya tidak sah.
Tidak sahnya nikah tanpa wali tersebut berdasarkan hadits-hadits di atas yang shahih dan juga berdasarkan dalil dari Al-Qur’anul Karim.
Allah Ta’ala berfirman:
“Dan apabila kamu menceraikan isteri-isteri (kamu), lalu sampai masa ‘iddahnya, maka jangan kamu (para wali) halangi mereka menikah (lagi) dengan calon suaminya, apabila telah terjalin kecocokan di antara mereka dengan cara yang baik. Itulah yang dinasihatkan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman kepada Allah dan hari Akhir. Itu lebih suci bagimu dan lebih bersih. Dan Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” [Al-Baqarah : 232]
Ayat di atas memiliki asbaabun nuzul (sebab turunnya ayat), yaitu satu riwayat berikut ini. Tentang firman Allah: “Maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka,” al-Hasan al-Bashri rahimahullaah berkata, Telah menceritakan kepadaku Ma’qil bin Yasar, sesungguhnya ayat ini turun berkenaan dengan dirinya. Ia berkata,
“Aku pernah menikahkan saudara perempuanku dengan seorang laki-laki, kemudian laki-laki itu menceraikannya. Sehingga ketika masa ‘iddahnya telah berlalu, laki-laki itu (mantan suami) datang untuk meminangnya kembali. Aku katakan kepadanya, ‘Aku telah menikahkan dan mengawinkanmu (dengannya) dan aku pun memuliakanmu, lalu engkau menceraikannya. Sekarang engkau datang untuk meminangnya?! Tidak! Demi Allah, dia tidak boleh kembali kepadamu selamanya! Sedangkan ia adalah laki-laki yang baik, dan wanita itu pun menghendaki rujuk (kembali) padanya. Maka Allah menurunkan ayat ini: ‘Maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka.’ Maka aku berkata, ‘Sekarang aku akan melakukannya (mewalikan dan menikahkannya) wahai Rasulullah.’” Kemudian Ma‘qil menikahkan saudara perempuannya kepada laki-laki itu.[6]
Hadits Ma’qil bin Yasar ini adalah hadits yang shahih lagi mulia. Hadits ini merupakan sekuat-kuat hujjah dan dalil tentang disyaratkannya wali dalam akad nikah. Artinya, tidak sah nikah tanpa wali, baik gadis maupun janda. Dalam hadits ini, Ma’qil bin Yasar yang berkedudukan sebagai wali telah menghalangi pernikahan antara saudara perempuannya yang akan ruju’ dengan mantan suaminya, padahal keduanya sudah sama-sama ridha. Lalu Allah Ta’ala menurunkan ayat yang mulia ini (yaitu surat al-Baqarah ayat 232) agar para wali jangan menghalangi pernikahan mereka. Jika wali bukan syarat, bisa saja keduanya menikah, baik dihalangi atau pun tidak. Kesimpulannya, wali sebagai syarat sahnya nikah.
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullaah berkata, “Para ulama berselisih tentang disyaratkannya wali dalam pernikahan. Jumhur berpendapat demikian. Mereka berpendapat bahwa pada prinsipnya wanita tidak dapat menikahkan dirinya sendiri. Mereka berdalil dengan hadits-hadits yang telah disebutkan di atas tentang perwalian. Jika tidak, niscaya penolakannya (untuk menikahkan wanita yang berada di bawah perwaliannya) tidak ada artinya. Seandainya wanita tadi mempunyai hak menikahkan dirinya, niscaya ia tidak membutuhkan saudara laki-lakinya. Ibnu Mundzir menyebutkan bahwa tidak ada seorang Shahabat pun yang menyelisihi hal itu.” [7]
Imam asy-Syafi’i rahimahullaah berkata, “Siapa pun wanita yang menikah tanpa izin walinya, maka tidak ada nikah baginya (tidak sah). Karena Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Maka nikahnya bathil (tidak sah).’”[8]
Imam Ibnu Hazm rahimahullaah berkata, “Tidak halal bagi wanita untuk menikah, baik janda maupun gadis, melainkan dengan izin walinya: ayahnya, saudara laki-lakinya, kakeknya, pamannya, atau anak laki-laki pamannya…” [9]
Imam Ibnu Qudamah rahimahullaah berkata, “Nikah tidak sah kecuali dengan wali. Wanita tidak berhak menikahkan dirinya sendiri, tidak pula selain (wali)nya. Juga tidak boleh mewakilkan kepada selain walinya untuk menikahkannya. Jika ia melakukannya, maka nikahnya tidak sah. Menurut Abu Hanifah, wanita boleh melakukannya. Akan tetapi kita memiliki dalil bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Pernikahan tidak sah, melainkan dengan adanya wali.”
• Keharusan Meminta Persetujuan Wanita Sebelum Pernikahan
Apabila pernikahan tidak sah, kecuali dengan adanya wali, maka merupakan kewajiban juga meminta persetujuan dari wanita yang berada di bawah perwaliannya. Apabila wanita tersebut seorang janda, maka diminta persetujuannya (pendapatnya). Sedangkan jika wanita tersebut seorang gadis, maka diminta juga ijinnya dan diamnya merupakan tanda ia setuju.
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Seorang janda tidak boleh dinikahkan kecuali setelah diminta perintahnya. Sedangkan seorang gadis tidak boleh dinikahkan kecuali setelah diminta ijinnya.” Para Shahabat berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah ijinnya?” Beliau menjawab, “Jika ia diam saja.” [11]
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhuma bahwasanya ada seorang gadis yang mendatangi Rasulullah shal-lallaahu ‘alaihi wa sallam dan mengadu bahwa ayahnya telah menikahkannya, sedangkan ia tidak ridha. Maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyerahkan pilihan kepadanya (apakah ia ingin meneruskan pernikahannya, ataukah ia ingin membatalkannya). [12]
• Mahar
“Dan berikanlah mahar (maskawin) kepada perempuan yang kamu nikahi sebagai pemberian yang penuh kerelaan.” [An-Nisaa’ : 4]
Mahar adalah sesuatu yang diberikan kepada isteri berupa harta atau selainnya dengan sebab pernikahan.
Mahar (atau diistilahkan dengan mas Kimpoi) adalah hak seorang wanita yang harus dibayar oleh laki-laki yang akan menikahinya. Mahar merupakan milik seorang isteri dan tidak boleh seorang pun mengambilnya, baik ayah maupun yang lainnya, kecuali dengan keridhaannya.
Syari’at Islam yang mulia melarang bermahal-mahal dalam menentukan mahar, bahkan dianjurkan untuk meringankan mahar agar mempermudah proses pernikahan.
Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
“Di antara kebaikan wanita adalah mudah meminangnya, mudah maharnya dan mudah rahimnya.” [13]
‘Urwah berkata, “Yaitu mudah rahimnya untuk melahirkan.”
‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallaahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‘Sebaik-baik pernikahan ialah yang paling mudah.’” [14]
Seandainya seseorang tidak memiliki sesuatu untuk membayar mahar, maka ia boleh membayar mahar dengan mengajarkan ayat Al-Qur’an yang dihafalnya. [15]
Quote: • Khutbah Nikah
Menurut Sunnah, sebelum dilangsungkan akad nikah diadakan khutbah terlebih dahulu, yang dinamakan Khutbatun Nikah atau Khutbatul Hajat. [16] Adapun teks Khutbah Nikah adalah sebagai berikut:
Segala puji hanya bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya, kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan Rasul-Nya.
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” [Ali ‘Imran : 102]
“Wahai manusia! Bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertaqwalah kepada Allah yang dengan Nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguh-nya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.” [An-Nisaa' : 1]
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar, nis-caya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan meng-ampuni dosa-dosamu. Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia menang dengan kemenangan yang besar.” [Al-Ahzaab : 70-71]
Amma ba’du

sumber :  http://tasgrosironline.wordpress.com/i00i-al-kisah/tata-cara-pernikahan-dalam-islam-2-aqad-nikah/

ADAT RESAM PERKAHWINAN MELAYU Biar Mati Anak, Jangan Mati Adat

PENGENALAN

Masyarakat Melayu begitu berpegang teguh dengan adat resam kerana ia dipercayai mempunyai kesan dalam kehidupan. Bagi masyarakat Melayu, adat resam perkahwinan begitu dititikberatkan. Sesuatu upacara dalam peringkat perkahwinan itu akan dijalankan dengan meriah dan penuh adat istiadat.
Adat perkahwinan Melayu merupakan adat resam yang paling disayangi dan yang paling dipegang teguh oleh kebanyakan orang Melayu. Namun pada zaman sekarang, tidak semua orang mengetahui apakah adat perkahwinan Melayu yang sebenar.
Antara objektif yang telah dibincangkan adalah:
1. untuk memberi pendedahan yang mendalam terhadap adat perkahwinan Melayu kepada masyarakat.
2.Mengajak masyarakat mengenal adat perkahwinan Melayu.
3.Mengajak masyarakat sama-sama memelihara warisan nenek moyang
4.Memberi petunjuk dan sedikit pengetahuan kepada golongan yang bakal mengakiri zaman bujang mereka.
5.Memupuk semangat kerjasama antara ahli kumpulan
6.Membina keyakinan diri serta meningkatkan kemahiran sosial setiap ahli kumpulan

Wednesday, March 11, 2009

ADAT MERISIK

Dalam adat perkahwinan masyarakat Melayu, terdapat beberapa peringkat penting. Pertama sekali adalah peringkat merisik.

Adat ini juga dipanggil meninjau atau menengok. Dalam budaya Melayu, adat ini merupakan tahap awal menjodohkan teruna dan dara, yang melibatkan pertemuan antara wakil keluarga teruna dengan orang tua pihak dara. Pertemuan tersebut dianggap penting untuk menghormati keluarga pihak dara, sebagaimana ungkapan dalam adat Melayu kalau hendak meminang anaknya, pinanglah ibu bapaknya terlebih dahulu. Ungkapan tersebut menjelaskan bahwa pandangan dan restu orang tua perlu diperoleh terlebih dahulu dalam membuat keputusan yang besar seperti perkawinan. Tujuan adat ini dilakukan adalah untuk memastikan bahawa gadis yang dihajati oleh seorang lelaki itu masih belum berpunya. Ini penting, kerana dalam Islam seseorang itu dilarang meminang tunangan orang. Di samping itu, adat ini juga bertujuan untuk menyelidik latar belakang si gadis. Lazimnya adat ini akan dijalankan oleh saudara mara terdekat pihak lelaki seperti ibu atau bapa saudaranya. Prosesi merisik dilakukan dengan tertib dan sopan untuk menjaga dan memelihara nama baik kedua belah pihak.

Bagi pihak si gadis, terdapat beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan sebelum menerima lamaran pihak lelaki antaranya ialah lelaki tersebut perlulah mempunyai latar belakang agama serta mempunyai pekerjaan yang baik.

Apabila wakil pihak lelaki sampai di rumah si dara, para wakil keluarga lelaki akan bercakap-cakap mengenai keadaan kehidupan, pekerjaan, maupun isu-isu terkini sembil menikmati jamuan yang dihidangkan dan dihantarkan sendiri oleh si dara. Pada saat si dara menghidangkan jamuan itulah para wakil dari pihak lelaki berkesempatan untuk melihat wajah si dara. Setelah itu, topik pembicaraan mulai difokuskan untuk menyampaikan maksud kedatangan pihak teruna, dan pantun untuk merisik mulai diperdengarkan oleh juru cakap mereka. Pada tahap ini, pihak teruna menyatakan kehendak hati untuk “memetik bunga yang sedang menguntum” apabila si dara belum memiliki pasangan.
Pantun merisik ini diawali oleh pihak keluarga teruna yang kemudian akan dibalas oleh pihak keluarga dara yang menanyakan maksud kedatangan keluarga teruna.
Sudah lama langsatnya condong
Barulah kini batangnya rebah
Sudah lama niat dikandung
Baru sekarang diizinkan Allah

Dari Pauh singgah Permatang
Singgah merapat papan kemudi
Dari jauh saya datang
Karena tuan yang baik budi

Kalau gugur buah setandan
Sampai ke tanah baru tergolek
Kami bersyukur kepada Tuhan
Datang kami disambut baik

Berapa tinggi pucuk pisang
Tinggi lagi asap api
Berapa tinggi Gunung Ledang
Tinggi lagi harapan hati

Kabung enau tebang satu
Tebang sekali dengan sigainya
Tinggi gunung tinggi lagi harapanku
Harapan dalam tutur katanya

Besar api Teluk Gadung
Anak buaya mengonggong bangkai
Niat hati nak peluk gunung
Apakan daya tangan tak sampai

Sudah lama langsatnya condong
Dahannya rebah ke ampaian
Sudah lama niat dikandung
Baru sekarang disampaikan

Setelah pihak teruna selesai melantunkan pantun yang mengungkapkan maksud hati mereka, maka pihak dara akan membalas pantun sebagaimana berikut ini:

Perahu kolek ke hilir tanjung
Sarat bermuat tali temali
Salam tersusun sirih junjung
Apa hajat sampai kemari?

Malam-malam pasang pelita
Pelita dipasang atas peti
Kalau sudah bagai dikata
Sila terangkan hajat di hati

Tidak pernah rotan merentang
Kayu cendana dijilat api
Tidak pernah tuan bertandang
Tentu ada maksud di hati

Tumbuk lada di atas para
Ada kasut simpan di hati
Tepuk dada tanya selera
Apa maksud di dalam hati

Kemudian, pihak lelaki akan membalas pantun tersebut dengan lantunan pantun yang menyiratkan kehendak untuk ”memetik bunga di taman”.

Daun raya di atas bukit
Tempat raja menanam pala
Harap kami bukan sedikit
Sebanyak rambut di atas kepala

Sudah lama kami ke tasik
Tali perahu terap belaka
Sudah lama kami merisik
Baru kini bertatap muka

Tinggi-tinggi si matahari
Anak kerbau mati tertambat
Sekian lama kami mencari
Baru sekarang kami mendapat

Raja Hindu raja di Sailan
Singgah berenang di persiraman
Bagai pungguk rindukan bulan
Kumbang merindu bunga di taman

Cendrawasih burung yang sakti
Singgah hinggap di atas karang
Kasih berputik di dalam hati
Dari dahulu sampai sekarang

Singgah berenang di persiraman
Mayang terendam di dalam tasik
Kumbang merindu bunga di taman
Bintang merindu cendrawasih
Dalam adat Melayu, pihak si dara biasanya tidak langsung menjawab apa yang menjadi kehendak pihak lelaki. Sesudah berpantun wakil lelaki tersebut akan memberikan sebentuk cincin tanya berupa cincin belah rotan dan jika pihak gadis bersetuju mereka akan menetapkan tarikh untuk peminangan. Walau bagaimanapun adat merisik jarang dilakukan lagi kerana pasangan tersebut telah berkenalan terlebih dahulu, justeru itu mereka akan terus menjalankan adat meminang untuk menjimatkan kos dan masa.


MEMINANG & BERTUNANG

Setelah kata persetujuan dicapai oleh keluarga di pihak lelaki, wakil dari pihak lelaki yang biasanya dipilih dari kalangan orang tua-tua akan diutuskan oleh ibu bapa lelaki tersebut untuk mewakili mereka meminang anak dara yang telah dipilih. Biasanya, ibu bapa kepada anak dara tersebut tidak akan memberi jawapan yang muktamad kepada pihak yang datang meminang kerana mengikut adat, mereka sepatutnya diberi tempoh untuk memberi jawapan atau dipanggil bertangguh. Ini kononnya kerana hendak berpakat dengan ahli-ahli keluarga dan waris yang rapat, walaupun sebenarnya mereka memang sudah bersedia untuk menerima pinangan itu. Sebenarnya, adat bertangguh ini mencerminkan budaya Melayu yang amat berhati-hati dalam menentukan jodoh dan menunjukkan kesopanan dalam setiap tingkahlaku. Sudah menjadi rutin dalam kehidupan seharian masyarakat Melayu untuk tidak tergopoh-gapah dalam mengendalikan apa sahaja dan adalah menjadi pegangan bahawa setiap hal yang dilaksanakan perlu dijalankan dengan rapi dan tersusun mengikut adat yang ditetapkan.

Setelah tamat tempoh yang diberikan, biasanya 2 hari, ada juga yang sampai seminggu, pihak perempuan akan menghantar rombongan yang dihadiri oleh orang tua-tua yang mewakili pihak mereka untuk memberikan jawapan. Sekiranya pinangan diterima, pada pertemuan itu mereka akan berbincang tentang segala syarat berkenaan mas kahwin dan hantaran perbelanjaan majlis perkahwinan. Tarikh yang sesuai juga akan dipilih untuk melangsungkan perkahwinan. Sekiranya perkahwinan itu agak lambat dijalankan, pihak lelaki biasanya akan Menghantar Tanda terlebih dahulu kepada pihak perempuan.
Konsep Menghantar Tanda adalah diertikan sebagai “putus cakap”. Ini bermaksud pinangan dari pihak lelaki sudah pun diterima oleh pihak perempuan. Oleh yang demikian, maka penghantaran tanda daripada lelaki kepada anak dara yang bakal dikahwininya akan dilakukan melalui upacara bertunang. Upacara ini membawa pengertian bahawa anak dara tersebut sudah pun dimiliki dan kini dipanggil tunangan orang. Tanda yang dihantar oleh lelaki tersebut mengikut adat lazimnya adalah sebentuk cincin sahaja, iaitu cincin berbatu intan atau berlian, besarnya mengikut citarasa dan kemampuan ibu bapa lelaki tersebut.

Namun begitu, bagi masyarakat Melayu, selain cincin, beberapa barangan lain turut diberikan seperti sepasang kain dan selendang, selipar atau sepatu, kuih-muih, manisan, dan yang paling utama dan dianggap sakral, sirih junjung. Semua hantaran akan dihias dengan cantik dan menarik serta akan dibalas oleh pihak perempuan sebagai tanda setuju menerima pinangan. Jumlah hantaran yang dihantar oleh pihak lelaki akan dibuat dalam angka ganjil dan dibalas lebih oleh pihak perempuan, selalunya sebanyak dua dulang. Contohnya, jika pihak lelaki memberikan 7 hantaran dulang, biasanya pihak perempuan akan membalas 9 dulang. Hantaran dari pihak perempuan biasanya berupa sirih junjung, sepersalinan baju melayu, capal dan kuih-muih.





Sekiranya dalam tempoh menunggu diijabkabulkan, ikatan pertunangan diputuskan oleh pihak lelaki, maka cincin dan segala barang hantaran tidak boleh diminta semula dari pihak perempuan. Berbeza pula halnya jika ikatan pertunangan diputuskan oleh pihak perempuan. Jika ia diputuskan tanpa sebarang sebab yang dapat diterima umum, maka pihak perempuan hendaklah mengembalikan semula segala hantaran yang telah diberikan oleh pihak lelaki itu dalam nilai sekali ganda banyaknya atau harganya.

Selain dari adat pertunangan yang disebutkan di atas, terdapat 2 lagi cara pertunangan yang juga wujud dalam adat resam Melayu, iaitu :

• Pertunangan yang dilakukan oleh ibu bapa kedua-dua pihak sewaktu anak mereka masih kecil lagi, dan ini tidak memerlukan penghantaran tanda. Hal ini berlaku mungkin kerana ikatan persahabatan yang erat dan mesra di antara ibu bapa kedua belah pihak dan ikatan itu diharapkan dapat merapatkan lagi ikatan silaturrahim antara mereka. Pertunangan yang demikian biasanya dihormati dan dilangsungkan sehingga kedua-dua anak itu berkahwin.
• Pertunangan mengikut wasiat salah seorang daripada ibu bapa yang telah meninggal dunia di antara dua buah keluarga. Ini juga tidak memerlukan penghantaran tanda dan biasanya diakhiri dengan ikatan perkahwinan.

Mengikut adatnya juga, sekiranya pihak gadis rupawan mempunyai kakak yang masih belum berkahwin, hantaran untuknya juga turut diberikan. Adat ini dipanggil langkah bendul. Alangkah bagusnya nasib sang putera bahawa si gadis rupawan tidak mempunyai kakak. Bilangan hantaran agak unik kerana jumlahnya ganjil iaitu samada lima, tujuh, sembilan, sebelas atau tiga belas, kerana jumlah genap dikatakan memberi implikasi yang tidak baik. Jumlah hantaran yang diberi oleh pihak gadis rupawan pula akan melebihi jumlah hantaran pihak sang putera. Adat menghantar belanja turut diadakan semasa adat bertunang ini dijalankan. Namun begitu ada juga yang menjalankannya secara berasingan daripada adat bertunang iaitu mengadakannya beberapa minggu sebelum majlis persandingan dijalankan.

*PERTUNANGAN DI SISI SYARAK*
Terbahagi kepada lima cara:
- Lelaki memberitahu hajatnya untuk meminang kepada seorang perempuan secara langsung.
- Lelaki memberitahu hajatnya untuk meminang kepada wali perempuan.
- Menggunakan pihak ketiga untuk meminang.
- Wali menawarkan anak perempuannya kepada seorang lelaki soleh.
- Perempuan menawarkan dirinya sendiri kepada seorang lelaki soleh.
Sekiranya kedua-dua pihak telah bersetuju dan menerima (menggunakan salah satu cara di atas) maka ini adalah sudah dikira bertunang di sisi syarak.

*PERTUNANGAN DI SISI ADAT*
Kebiasaannya pihak lelaki akan memberikan barang-barang hantaran ke rumah pihak perempuan pada majlis pertunangan yang telah ditetapkan. Kemudian perempuan akan disarungkan cincin di jari manisnya sebagai tanda sudah bertunang oleh ibu/saudara pihak lelaki . Maka pihak perempuan akan menetapkan dan membincangkan hantaran untuk perkahwinan berdasarkan status seseorang perempuan itu. Dan diakhiri dengan bacaan doa dan sedikit jamuan ringan. Majlis pertunangan ini diadakan selepas kedua-dua pihak bersetuju untuk bertunang selepas adat merisik.



Pemberian cincin semasa pertunangan adalah suatu adat yang diamalkan di Malaysia (mungkin diambil dari warisan orang bukan Islam) dan ia bukanlah satu syariat yang telah ditetapkan oleh Islam. Namun ia tidaklah menjadi satu kesalahan sekiranya pemberian cincin itu diberikan sekadar tanda pertunangan selagimana tidak menyalahi syariat. Perlu diketahui bahawa menganggap perbuatan menanggalkan cincin sebagai tanda pertunangan diputuskan maka ia adalah bercanggah dengan Islam.


HEBAHAN PERTUNANGAN
Tidaklah digalakkan menghebahkan pertunangan sepertimana perkahwinan. Pada pendapat saya bahawa hebahan pertunangan sekadar perlu adalah terletak di atas budi bicara keluarga masing-masing. Adapun hebahan tentang perkahwinan adalah digalakkan (sunat) oleh Islam dan menghadirinya adalah wajib.

WAKTU PERTUNANGAN
Berkaitan dengan pertunangan yang lama - terletak di atas diri kedua-dua pihak yang bertunang untuk menentukannya. Sekiranya kedua-dua (peminang lelaki dan perempuan) mampu melaluinya dan bersedia dalam tempoh masa pertunangan yang panjang maka tidaklah mengapa. Namun pertunangan yang panjang mungkin membawa sedikit masalah.

Hakikatnya, pertunangan dalam Islam membawa seribu satu hikmah. Selain dapat mengenali pasangan dengan lebih dekat, hubungan keluarga 2 hala dapat dibina ketika ini. Kebolehterimaan, tolak-ansur dan saling memahami adalah kunci kepada kukuhnya ikatan yang terpatri. Kekuatan iman juga sering teruji ketika di alam pertunangan..Justeru, alam pertunangan juga boleh dijadikan kayu ukur terhadap rumahtangga yang bakal dibina..Moga Allah sentiasa memberi hidayah dan membimbing hambaNYA ke jalan yang benar..

'RAHSIAKAN PERTUNANGAN SEBARKAN PERKAHWINAN'
MAS KAHWIN MENGIKUT NEGERI DI MALAYSIA

1.JOHOR
ANAK DARA
RM 22.50
JANDA
RM 22.50

2.MELAKA
ANAK DARA
RM 40
JANDA
RM 40

3.NEGERI SEMBILAN
-BUKAN WARIS
ANAK DARA
RM 24
JANDA
RM 12

-AHLI WARIS
ANAK DARA
RM 48
JANDA
RM 24

-KERABAT DIRAJA
RM 725

4.SELANGOR

-PUTERI SULTAN
ANAK DARA
RM 2500
JANDA
RM 625

-PUTERI RAJA MUDA ATAU PUTERI KEPADA PUTERA SULTAN
ANAK DARA
RM 2000
JANDA
RM 500

-PUTERI KERABAT DIRAJA
ANAK DARA
RM 1000
JANDA
RM 250

-PUTERI ANAK RAJA (WARIS)
ANAK DARA
RM 550
JANDA
RM 137.50

-PUTERI ANAK RAJA (YANG LAIN)
ANAK DARA
RM 300
JANDA
RM 75

-ANAK PEREMPUAN ORANG-ORANG BESAR
ANAK DARA
RM 300
JANDA
RM 75

-CUCU ORANG-ORANG BESAR
ANAK DARA
RM 200
JANDA
RM 50

-ORANG KEBANYAKKAN
ANAK DARA
RM 80
JANDA
RM40


5.KUALA LUMPUR
ANAK DARA
RM 80
JANDA
RM 40


6.PERAK
ANAK DARA
RM 101


7.PULAU PINANG
ANAK DARA
RM 24
JANDA
RM 24


8.PAHANG
ANAK DARA
RM 22.50
JANDA
RM 22.50


9.KEDAH
-TIDAK DITETAPKAN

10.PERLIS
-TIDAK DITETAPKAN

11.TERENGGANU
-TIDAK DITETAPKAN

12.KELANTAN
-TIDAK DITETAPKAN

13.SABAH
ANAK DARA
RM 100
JANDA
RM 80

14.SARAWAK
ANAK DARA
RM 120
JANDA
RM 120


15.WILAYAH PERSEKUTUAN
ANAK DARA
RM 80
JANDA
RM 80



Mas kahwin dan hantaran adalah dua perkara yang berbeza. Mas kahwin telah ditetapkan mengikut negeri seperti yg ditunjukkan di atas tetapi hantaran pula terpulang kepada persetujuan kedua-dua belah pihak pengantin. kebiasaannya jumlah hantaran dihantar dengan nombor yang ganjil seperti lima, tujuh,sembilan dan sebelas. Jumlah hantaran daripada pihak pengantin lelaki adalah lebih kecil daripada jumlah hantaran pengantin perempuan. contohnya, jika pihak pengantin lelaki menghantar hantaran sebanyak tujuh dulang hantaran maka pihak pengantin perempuan akan membalasnya dengan sembilan dulang hantaran. Gambar di bawah merupakan hantaran-hantaran yang selalunya dihantar.




al-Quran




perfume set



Alat penjagaan diri


Jam tangan




Make up


Chocolate





cake





pelbagai variasi hantaran

ADAT BERINAI

Majlis berinai di dalam masyarakat Melayu dijalankan secara berperingkat. Terdapat 3 peringkat berinai iaitu berinai curi, berinai kecil dan berinai besar. Pengantin perempuan akan memakai inai pada kesemua jari tangan dan kaki termasuklah pada tapak tangan. Sebaliknya, pengantin lelaki hanya memakai inai pada jari kelingking, jari manis dan jari hantu pada sebelah tangan sahaja. Namun kini, masyarakat hanya membuat majlis berinai secara kecil-kecilan kerana faktor kos yang tinggi jika mahu melaksanakan adat berinai besar.



BERINAI CURIBerinai curi biasanya diadakan pada waktu petang hari selepas hari yang tangan dan tapak kaki bakal pengantin perempuan diinai. Bakal pengantin perempuan dihiasi dan didudukkan di atas pelamin. Ia juga dikatakan diadakan tiga malam sebelum hari langsung dan hanya untuk tatapan saudara mara terdekat sahaja.
BERINAI KECILBerinai kecil juga diadakan pada waktu petang seperti berinai curi. Namun ia dilakukan selepas hari berinai curi. Adat ini diadakan dua malam sebelum hari langsung untuk saudara mara, jiran tetangga dan sahabat handai.


BERINAI BESAR
Istiadat ini dijalankan pada malam sebelum majlis langsung atau selepas majlis akad nikah untuk para jemputan khas daripada kedua-dua belah pihak pengantin. Pada majlis tersebut, pengantin lelaki akan diinaikan terlebih dahulu di atas pelamin diikuti pengantin perempuan. Istiadat berinai besar bermula dengan para tetamu lelaki naik ke pelamin untuk membuang sedikit nasi kunyit pada sebelah kiri kanan pengantin lelaki. Kemudian dilakukan dengan bertih, diikuti oleh tangkai daun wangi yang dicelupkan ke dalam air daun setawar dan kemudian digunakan untuk menyentuh kedua-dua belakang tangan pengantin lelaki. Akhirnya, tetamu akan mengambil sedikit pes inai dari longgok di tengah dulang dan selepas meletakkannya pada daun sirih yang disediakan oleh emak pengantin, akan meletakkannya pada tapak tangan pengantin lelaki. Daun sirih itu bertujuan untuk mengelakkan mengotorkan tangan pengantin. Sejurus selepas ini, emak pengantin akan merapatkan kedua-dua tangan pengantin dan menaikkannya pada aras dada sebagai tanda menyembah kepada tetamu yang melakukan istiadat ini. Istiadat ini biasanya dilakukan oleh semua tetamu yang minat, tetapi bilangan mereka harus merupakan bilangan ganjil dan bukannya genap.
Ketika tetamu lelaki telah siap, para tetamu perempuan akan turut menjalankan istiadat ini dengan cara yang sama. Selepas semua tetamu yang minat telah menjalankan istiadat ini, seorang wakil daripada kalangan tetamu lelaki akan ke depan untuk membaca doa selamat. Pengantin lelaki kemudian akan pulang ke rumah sendiri, dan pengantin perempuan turut didudukkan di atas pelamin untuk menjalankan istiadat yang sama. Istidat ini diakhiri seperti biasa dengan jamuan kari dan nasi.
 
sumber :  http://titassemtwo.blogspot.com/

Prosesi Adat Perkawinan Melayu Perlu Keseragaman

SIAK (RP) - Meski adat Melayu sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat, namun pada praktiknya masih belum ada keseragaman. Bahkan masih ada yang belum mengetahui prosesi adat perkawinan Melayu Siak di Kabupaten Siak. Makanya Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Kabupaten Siak akan melakukan penyeragaman melalui pelatihan dan pembekalan prosesi adat perkawinan Melayu Siak yang akan digelar 19-20 Maret 2013.

‘’Selama ini kita melihat prosesi adat perkawinan Melayu Siak tidak seragam. Ini tentu menjadi perhatian LAMR Siak sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap pemeliharaan adat Melayu di Kabupaten Siak. Makanya kita akan melestarikan adat itu dengan menggelar pelatihan dan pembekalan oleh pihak-pihak terkait,’’ ujar Ketua LAMR Kabupaten Siak H Wan Anwar kepada Riau Pos, Senin (11/3), di Kantor LAMR Siak Jalan Hang Tuah, Siak Sri Indrapura.

Dikatakan Wan Anwar, pelatihan dan pembekalan prosesi adat perkawinan Siak akan digelar 19-20 Maret dan akan mengundang peserta dari 14 kecamatan se-Kabupaten Siak. Masing-masing kecamatan pihaknyak mengundang lima peserta, di antaranya satu orang dari Kantor Urusan Agama, dua orang dari Mak Andam, satu orang dari perwakilan LAM kecamatan dan satu orang guru kesenian.

Menurutnya pelatihan yang akan dipusatkan di Gedung LAMR Siak Jalan Hang Tuah, Siak Sri Indrapura, nantinya akan menghadirkan tenaga pelatih dan narasumber dari Pekanbaru, di antaranya OK Nizami Jamil, Zulkifli ZA dan Diana, pemerhati seni Kabupaten Siak. Juga mengundang Ketua Umum LAMR H Tennas Effendi.

‘’Kita mengharapkan dengan adanya pelatihan, nanti adanya keseragaman dalam prosesi adat perkawinan Melayu Siak. Sehingga masyarakat tidak bingung lagi untuk menggunakan proses adat Melayu Siak sebagai rujukan dalam acara perkawinan putra dan putri mereka. Makanya ini dapat di sosialisasikan oleh utusan masing-masing kecamatan kepada masyarakat,’’ harapnya.(wik)

sumber : http://www.riaupos.co/daerah.php?act=full&id=4216&kat=9#.Uc_tfKzEqOo

ADAT ISTIADAT PERKAWINAN Melayu Riau


Persiapan Memasuki Alam Rumah Tangga

Syahdan sudahlah menjadi suatu kebiasaan dan pandangan hidup terhadap perkawinan yang begitu suci, religius, dan sakral. Pandangan hidup di dalam perkawinan berikhtibar pada hakikat keberagaman keperluan hidup manusia. Beberapa di antaranya bersumber dari lawan jenis kelamin. Kelengkapan itu antara lain : di bidang seksual (hubungan suami isteri), memperoleh keturunan, jiwa dan perasaan (psikis), perlindungan, kemasyarakatan (sosial), dan lain sebagainya.

Sudahlah pula tersirat sebagaimana lazimnya, bahwa orang Melayu Kepulauan Riau, bahwa untuk mendirikan rumah tangga dikehendaki daripadanya beberapa persyaratan, yaitu :

  1. Sesama beragama Islam
  2. Sudah cukup dewasa
  3. Sehat badan dan juga jiwanya
  4. Untuk seorang lelaki (bujang) telah mampu mencari nafkah
  5. Kematangan pemikiran dan bertanggung jawab
  6. Memandang perkawinan sebagai sesuatu yang suci, religius, sakral.

Rangkaian kehidupan anak manusia tersangatlah panjangnya. Dimulai dari kandungan, lahir, masa bayi, masa kanak, masa remaja, masa dewasa, berumah tangga (berkeluarga) dan bermasyarakat, kemudian tua, dan akhirnya kembali kepada Sang Pencipta. Begitu pun agaknya dalam senarai perjalanan perkawinan orang Melayu sebagaimana yang sudah tersusun turun temurun dari dahulunya, yaitu dimulai dari pada :
  1. Mencari jodoh
  2. Merisik
  3. Meminang
  4. Mengantar tanda
  5. Mengantar belanja
  6. Mengajak dan menjemput
  7. Menggantung-gantung
  8. Berandam
  9. Berinai
  10. Berkhatam Qur’an
  11. Aqad nikah
  12. Tepuk tepung tawar
  13. Bersanding
  14. Bersuap-suap
  15. Makan berhadap
  16. Menyembah
  17. Mandi-mandi
  18. Berambih

Ohoiii... sungguh panjangnya rangkaian perjalanan yang hendak dilewati dan ianya serasa-rasa begitu hikmat. Oleh karenanya perihal seperkara ini tiadalah boleh dipersenda-sendakan, atau “diselambe-rayekan” saja. Yang boleh mengakibatkan kepada perihal “mengecikkan” lembaga perkawinan yang begitu suci, sebagai yang banyak kejadiannya di masa kini. Maka sekarang kita mulai dengan mencari jodoh ...
Hemm....nak nikah pon susah....
Kalau belum lengkap mohon Maap saje..
kang sayo posting lagi ......!!!


Gurindam 12 Raja Ali Haji

Gurindam 12 - Fasal 1

barang siapa tiada memegang agama
sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama

barang siapa mengenal yang empat maka yaitulah orang yang makrifat

barang siapa mengenal Allah
suruh dan tegahnya tiada ia menyalah

barang siapa mengenal diri
maka telah mengenal akan tuhan yang bahri

barang siapa mengenal dunia
tahulah ia barang yang terperdaya

barang siapa mengenal akhirat
tahulah ia dunia mudharat

Gurindam 12 - Fasal 2

barang siapa mengenal yang tersebut
tahulah ia makna takut

barang siapa meninggalkan sembahyang
seperti rumah tiada bertiang

barang siapa meninggalkan puasa
tidaklah mendapat dua termasa

barang siapa meninggalkan zakat
tiada hartanya beroleh berkat

barang siapa meninggalkan haji
tiadalah ia menyempurnakan janji

Gurindam 12 - Fasal 3

apabila terpelihara mata
sedikitlah cita-cita

apabila terpelihara kuping
khabar yang jahat tiadalah damping

apabila terpelihara lidah
niscaya dapat daripadanya faedah

bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan
daripada segala berat dan ringan

apabila perut terlalu penuh
keluarlah fi‘il yang tiada senonoh

anggota tengah hendaklah ingat
di situlah banyak orang yang hilang semangat

hendaklah peliharakan kaki
daripada berjalan yang membawa rugi

Gurindam 12 - Fasal 4

hati itu kerajaan di dalam tubuh
jikalau zalim segala anggota pun rubuh

apabila dengki sudah bertanah
datang daripadanya beberapa anak panah

mengumpat dan memuji hendaklah pikir
di situlah banyak orang yang tergelincir

pekerjaan marah jangan dibela
nanti hilang akal di kepala

jika sedikit pun berbuat bohong
boleh diumpamakan mulutnya itu pekung

tanda orang yang amat celaka
aib dirinya tiada ia sangka

bakhil jangan diberi singgah
itulah perompak yang amat gagah

barang siapa yang sudah besar
janganlah kelakuannya membuat kasar

barang siapa perkataan kotor
mulutnya itu umpama ketor

di manatah tahu salah diri
jika tiada orang lain yang berperi

pekerjaan takbur jangan direpih
sebelum mati didapat juga sepih

Gurindam 12 - Fasal 5

jika hendak mengenal orang berbangsa
lihat kepada budi dan bahasa

jika hendak mengenal orang yang berbahagia
sangat memeliharakan yang sia-sia

jika hendak mengenal orang mulia
lihatlah kepada kelakuan dia

jika hendak mengenal orang yang berilmu
bertanya dan belajar tiadalah jemu

jika hendak mengenal orang yang berakal
di dalam dunia mengambil bekal

jika hendak mengenal orang yang baik perangai
lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai

Gurindam 12 - Fasal 6

cahari olehmu akan sahabat
yang boleh dijadikan obat

cahari olehmu akan guru
yang boleh tahukan tiap seteru

cahari olehmu akan isteri
yang boleh menyerahkan diri

cahari olehmu akan kawan
pilih segala orang yang setiawan

cahari olehmu akan abdi
yang ada baik sedikit budi
Gurindam 12 - Fasal 7

apabila banyak berkata-kata
di situlah jalan masuk dusta

apabila banyak berlebih-lebihan suka
itulah tanda hampirkan duka

apabila kita kurang siasat
itulah tanda pekerjaan hendak sesat

apabila anak tidak dilatih
jika besar bapanya letih

apabila banyak mencacat orang
itulah tanda dirinya kurang

apabila orang yang banyak tidur
sia-sia sahajalah umur

apabila mendengar akan khabar
menerimanya itu hendaklah sabar

apabila mendengar akan aduan
membicarakannya itu hendaklah cemburuan

apabila perkataan yang lemah lembut
lekaslah segala orang mengikut

apabila perkataan yang amat kasar
lekaslah orang sekalian gusar

apabila pekerjaan yang amat benar
tiada boleh orang berbuat honar

Gurindam 12 - Fasal 8

barang siapa khianat akan dirinya
apalagi kepada lainnya

kepada dirinya ia aniaya
orang itu jangan engkau percaya

lidah suka membenarkan dirinya
daripada yang lain dapat kesalahannya

daripada memuji diri hendaklah sabar
biar daripada orang datangnya khabar

orang yang suka menampakkan jasa
setengah daripada syirik mengaku kuasa

kejahatan diri sembunyikan
kebajikan diri diamkan

keaiban orang jangan dibuka
keaiban diri hendaklah sangka

Gurindam 12 - Fasal 9

tahu pekerjaan tak baik tapi dikerjakan
bukannya manusia ia itulah syaitan

kejahatan seorang perempuan tua
itulah iblis punya penggawa

kepada segala hamba-hamba raja
di situlah syaitan tempatnya manja

kebanyakan orang yang muda-muda
di situlah syaitan tempat bergoda

perkumpulan laki-laki dengan perempuan
di situlah syaitan punya jamuan

adapun orang tua yang hemat
syaitan tak suka membuat sahabat

jika orang muda kuat berguru
dengan syaitan jadi berseteru

Gurindam 12 - Fasal 10

dengan bapa jangan durhaka
supaya Allah tidak murka

dengan ibu hendaklah hormat
supaya badan dapat selamat

dengan anak janganlah lalai
supaya boleh naik ke tengah balai

dengan isteri dan gundik janganlah alpa
supaya kemaluan jangan menerpa

dengan kawan hendaklah adil
supaya tangannya jadi kapil

Gurindam 12 - Fasal 11

hendaklah berjasa
kepada yang sebangsa

hendaklah jadi kepala
buang perangai yang cela

hendak memegang amanat
buanglah khianat

hendak marah
dahulukan hujjah

hendak dimalui
jangan memalui

hendak ramai
murahkan perangai

Gurindam 12 - Fasal 12

raja mufakat dengan menteri
seperti kebun berpagar duri

betul hati kepada raja
tanda jadi sebarang kerja

hukum adil atas rakyat
tanda raja beroleh inayat

kasihkan orang yang berilmu
tanda rahmat atas dirimu

hormat akan orang yang pandai
tanda mengenal kasa dan cindai

ingatkan dirinya mati
itulah asal berbuat bakti

akhirat itu terlalu nyata
kepada hati yang tidak buta 

 
sumber : http://www.riaumelayu.com/2010/12/adat-istiadat-perkawinan-melayu-riau.html

UPACARA PERNIKAHAN ADAT PADANG (MINANGKABAU)



Pada pernikahan adat Padang, yang lebih banyak andil/mempersiapkan pernikahan yaitu pihak pengantin perempuan. Banyak tradisi yang mesti dilakukan terlebih dahulu sebelum pernikahan, seperti: maresek, maminang dan batuka tanda, mahanta/minta izin, babako-babaki, malam bainai, manjapuik marapulai, penyambutan di rumah anak daro, akad, basanding di pelaminan, memulangkan tanda, mengumumkan gelar pengantin pria, mangadu kenig, mangaruak nasi kuning, bermain coki, tari paying, dan manikam jajak.
1. Maresek


Maresek merupakan penjajakan pertama atau perkenalan pertama, sebagai permulaan tata cara pelaksanaan pernikahan. Sesuai dengan adat minangkabau, pihak keluarga wanitalah yang mendatangi keluarga pria. 
2. Maminang dan batuka tanda


Biasanya dalam hal meminang keluarga pria yang mendatangi keluarga wanita untuk meminang. Tapi tidak dengan adat padang. Kalau di Padang keluarga wanita yang mendatangi keluarga pria untuk meminang si calon pengantin pria tersebut. Bila tunangan diterima, maka dilanjutkan dengan bertukar tanda sebagai symbol pengikat perjanjian dan tidak dapat diputuskan secara sepihak.
Acara meminang ini melibatkan orangtua atau ninik mamak, sesepuh dari kedua keluarga calon pengantin. Rombongan keluarga wanita datang dengan membawa sirih pinang lengkap yang disusun didalam sebuah wadah yang disebut carano atau kampla yaitu tas yang terbuat dari daun pandan. Acara diawali dengan juru bicara dari pihak wanita yang memperilahkan keluarga pria untuk mencicipi sirih pinang yang mereka bawa sebagai tanda persembahan. Selanjutnya juru bicara pihak wanita menyampaikan maksud utama mereka yaitu lamaran. Setelah lamaran diterima acara dilanjutkan dengan bertukar tanda ikatan masing-masing. Selanjutnya kedua belah pihak berembug atau membicarakan tata cara penjemputan calon mempelai pria.
3. Mahanta/minta izin
Kedua calon mempelai baik yang pria maupun yang wanita mengabarkan dan meminta doa restu rencana pernikahannya kepada mamak-mamaknya, saudara-saudara ayahnya, kakak-kakaknya yang telah berkeluarga dan para sesepuh yang dihormati. Untuk calon mempelai wanita diwakili oleh kerabat wanita yang telah berkeluarga dengan cara mengantar sirih. Sedangkan untuk calon mempelai pria membawa selapah yang berisi daun nipah dan tembakau. Ritual ini ditunjukan untuk memberitahukan dan memohon doa rencana pernikahannya. Biasanya keluarga yang didatangi akan memberikan bantuan dari mulai tenaga sampai biaya untuk pernikahan sesuai kemampuan.
4.   Babako-babaki
Pihak keluarga dari ayah calon mempelai wanita (disebut bako) ingin memperlihatkan kasih sayangnya dengan ikut memikul biaya sesuai kemampuan. Acara berlangsung beberapa hari sebelum acara akad nikah.
Perlengkapan yang disertakan biasanya berupa sirih lengkap (sebagai kepala adat), nasi kuning singgang ayam (makanan adat), antaran barang yang diperlukan calon mempelai wanita seperti seperangkat busana, perhiasan emas, lauk pauk baik yang sudah dimasak maupun yang masih mentah, kue-kue dan sebagainya.
 
5.    Malam Bainai
Bainai berarti melekatkan tumbukan halus daun pacar merah atau daun inai ke kuku-kuku calon pengantin wanita. Tumbukan ini akan meninggalkan bekas warna merah cemerlang pada kuku. Lazimnya berlangsung malam hari sebelum akad nikah. Tradisi ini sebagai ungkapan kasih sayang dan doa restu dari para sesepuh keluarga mempelai wanita.
6.   Manjapuik Marapulai
Calon pengantin pria dijemput dan dibawa ke rumah calon pengantin wanita untuk melangsungkan akad nikah . Prosesi ini juga dibarengi pemberian gelar pusaka kepada calon mempelai pria sebagai tanda sudah dewasa.

sumber : http://meiliaupstar.blogspot.com/2012/10/upacara-pernikahan-adat-padang.html

Pernikahan Adat Minang Sungai Pagu

Minangkabau memiliki prosesi pernikahan yang sangat beragam, begitu juga atribut pakaian dan perhiasan yang dikenakan pengantinnya dikala melangsungkan pernikahan. Masing-masing nagari memiliki karakteristik busana pengantin dan hiasan kepala yang dikenakan pengantin juga berbeda. Berikut ini adalah tradisi pernikahan adat Serambi Sungai Pagu di Solok Selatan, yang merupakan alam serambinya Minangkabau
Adat bersandi syarak, syarak bersandi kitabullah, begitulah falsafah masyarakat Minangkabau. Surau tidak saja menjadi tempat melakukan ritual ibadah tetapi juga lembaga yang dipercaya untuk mendidik anak-anak laki-laki hingga mereka remaja. Dalam masyarakat Minangkabau lama khususnya Solok selatan, anak laki-laki wajib tinggal di surau hingga usia mereka siap untuk merantau. Surau juga merupakan tempat menimba ilmu agama bagi para gadis Minangkabau. Pertemuan demi pertemuan tak jarang menumbuhkan benih perasaan cinta antara muda mudi Minangkabau ini yang berujung pada pernikahan.

Menjalin Pendekatan

Terdapat empat suku di Solok Selatan, yaitu: Melayu, Panai, Kampai, Tigo Lare dan Bakapanjangan. Seperti umumnya berlaku dalam masyarakat Minangkabau, tidak dibenarkan melakukan pernikahan sesama suku di Minang. Ketentuan ini wajib dipahami bagi para muda yang ingin mencari pasangan hidup. Janji setia terpartri bagi pemuda yang akan merantau. Mencari pengalaman, mencoba kemandirian serta mencari bekal materi untuk berumah tangga.

Maanta Siriah Tanyo

Mendapatkan menantu anak dari saudara suami, adalah harapan bagi para ibu di Minangkabau. Pernikahan semacam ini disebut induk bako.
Pernikahan ideal lainnya adalah ikatan pernikahan antara anak dari keluarga ibu dengan anak paman yang disebut anak pisang. Sebelum melamar ninik mamak dan orang tua sudah saling menjajaki kemungkinan menikahkan anak mereka.

Mananti bali/Maanta bali

Bagian dari prosesi pernikahan adat Minang Sungai Pagu ini memberi gambaran bahwa pihak calon pengantin pria berkewajiban menyediakan keperluan pesta kepada pihak calon mempelai wanita. Ada dua istilah untuk prosesi ini: mananti bali yang dilaksanakan di rumah calon pengantin wanita dan maanta bali yang dilakukan mulai dari rumah calon pengantin pria.
Rombongan atau utusan keluarga calon pengantin pria beriringan sambil menjunjung hantaran berupa bahan mentah menuju kediaman keluarga calon pengantin wanita. Selain itu ada juga hantaran yang disiapkan oleh bako calon pengantin pria. Perlengkapan hantaran antara lain: beras, gula, telur, minyak kelapa, pisang, sirih, pinang dan sejumlah uang sesuai kesepakatan . Hantaran istimewa oleh bako calon pengantin pria: sebutir tunas kelapa, pisang raja, kacang panjang, telur bebek dan sirih pinang lengkap.

Malam Bainai

Malam Bainai di Minangkabau adalah malam seribu harapan, seribu doa bagi kebahagiaan rumah tangga anak daro yang akan melangsungkan pernikahan esok harinya. Tumbukkan daun inai, atau yang biasa disebut daun pacar, di torehkan pada kuku calon mempelai oleh orang tua, ninik mamak, saudara, handaitaulan dan orang-orang terkasih lainnya.

Akad Nikah

Kata sepakat telah didapat, ikatan kasih telah dimaktubkan dalam bingkai syariat, akad nikah. Ikrar Ijab Kabul di Minangkabau dilakukan tanpa didampingi mempelai wanita. Ijab Kabul umumnya dilakukan pada hari Jum’at siang. Usai mengucapkan akad, mempelai pria kembali ke kediamannya, kemudian sore harinya dilakukan ritual adat Manjalang.

Menunggu Waktu Manjalang

Menjelang sore seusai akad nikah, anak daro berhias lengkap. Berbalut busana adat pernikahan minang nan indah gemerlap. Kemilau sunting menghiasi kepala. Untaian kote-kote menjuntai indah di sisi pipi kiri dan kanan. Menunggu waktunya menjemput sang nahkoda biduk rumah tangga.

Manjalang

Gambaran penuh hikmah para tetua menghantar anak daro dalam mengarungi hidup rumah tangga. Payung dan bahan makanan menyimbolkan pengayoman, penghidupan bagi rumah tangga yang akan dibina anak daro yang mereka antarkan. Perjalanan biduk rumah tangga berliku yang tidak selalu indah akan dilalui setelah prosesi pernikahan adat minang terselenggara lengkap. Namun langkah tetap dimantapkan untuk satu tujuan, menghantarkan anak daro pada orang yang diamanatkan, sang suami.

Maanta Marapulai

Teman-teman mengantar marapulai – sang pengantin pria – sebagai tanda turut berbahagia. Kian hari kian berkurang jumlah pengantarnya, hingga marapulai mulai terbiasa di tinggal di rumah anak daro. Pada budaya Minang, tinggal di rumah mertua layaknya kewajiban bagi Marapulai. Sebagai pengantin baru, mereka akan menempati kamar bilik yang paling kiri

Manikam Jajak

Satu minggu setelah akad nikah, umumnya pada hari Jum’at sore, kedua pengantin baru pergi ke rumah orang tua serta ninik mamak pengantin pria dengan membawa makanan. Tujuan dari upacara adat Manikam jajak di Minang ini adalah untuk menghormati atau memuliakan orang tua serta ninik mamak pengantin pria seperti orang tua dan ninik mamak sendiri

sumber :  http://www.solselkab.go.id/post/read/528/pernikahan-adat-minang-sungai-pagu.html