Minggu, 30 Juni 2013

Rangkaian Pernikahan Adat Indonesia (General)


Pernikahan, sebuah perhelatan besar bagi setiap pasangan hidup. Sebuah ikatan untuk menjalin kebersamaan dalam sebuah kehidupan rumah tangga. Sebuah perayaan yang mempertemukan dua keluarga dalam satu jalinan. Begitu spesial!
Di Indonesia, pernikahan tidak hanya sebagai sebuah ritual keagamaan untuk sebuah ikatan. Sebuah pernikahan dengan segala penunjangnya merupakan sebuah kebudayaan yang melekat kuat di negara ini. Dengan berbagai macam kebudayaan yang terdapat di negara ini tentunya terdapat banyak pula ragam upacara pernikahan yang ada.
Begitu banyaknya ragam budaya pernikahan di Indonesia ini tak berarti setiap pasangan haruslah berlatar belakang kebudayaan/adat istiadat yang sama.Dari sekian banyak ragam pernikahan di Indonesia, terdapat sebuah alur yang cenderung sama di setiap daerahnya. Hal ini mungkin disebabkan oleh rumpun yang sama dari setiap kebudayaan daerah.
Tahapan yang biasa dilakukan di dalam sebuah pesta pernikahan dalam kebudayaan Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Tahapan Permintaan Izin

Pada tahapan ini secara umum mempelai pria berkunjung ke kediaman mempelai wanita untuk memperkenalkan diri dan keluarga serta untuk lebih mengetahui latar belakang mempelai wanita dan keluarganya. Dalam adat Sunda dikenal istilah ‘Neundeun Omong‘, orang tua ataupun orang yang dipercaya pihak mempelai pria meminta izin untuk mempersunting mempelai wanita. Sedangkan dalam adat Betawi, dikenal istilah ‘Ngedelengin’ di mana kedua mempelai saling bertemu untuk saling mendekatkan diri dan diketahui oleh kedua keluarga.

2. Tahapan Pra Nikah

Seringkali tahapan ini dikenal dengan nama ‘lamaran’ ataupun ‘tunangan’ dalam istilah yang lebih modern. Pada tahapan ini pihak mempelai pria meminang mempelai wanita dan biasanya dilanjutkan dengan penentuan tanggal pernikahan. Adat Banjar mengenal istilah ‘Badatang’, sebuah prosesi meminang calon mempelai wanita. Lain halnya dalam adat Solo, terdapat istilah ‘Panembung’ yang juga memiliki arti prosesi peminangan. Namun sedikit berbeda dengan adat lainnya, peminangan di dalam adat Solo tidak langsung dijawab pada hari itu oleh pihak mempelai wanita, melainkan beberapa hari setelahnya untuk direnungkan oleh mempelai wanita.

3. Tahapan Persembahan

Dalam tahapan ini pihak mempelai pria memberikan persembahan kepada pihak mempelai wanita sesuatu yang berkenaan dengan pernikahan ataupun sesuatu yang dianggap spesial oleh adat setempat. Masyarakat Batak mengenal istilah ‘Pudun Sauta’, di mana pihak mempelai pria mengantarkan wadah sumpit berisi nasi dan lauk pauknya (ternak yang sudah disembelih) kepada pihak mempelai wanita. Sedangkan di Ambon masyarakatnya mengenal istilah ‘Antar Pakaian’ yang berarti pihak mempelai pria memberikan seperangkat pakaian pernikahan untuk mempelai wanita dan dibalas oleh pihak mempelai wanita dengan memberikan seperangkat pakaian pernikahan untuk mempelai pria.

4. Tahapan Nikah

Secara umum tahapan ini adalah tahapan paling penting di mana ikatan di antara kedua mempelai terucap di sini. Dalam adat Ambon dikenal dengan nama ‘Basumpah Kawin’, di Adat Jawa terdapat tahapan ‘Sowan Luhur’–>’Wilujengan’–>’Pasang Tarub’–>’Pasang Tuwuhan’–>’Siraman’–>’Sengkeran’–>’Widodareni’–>’Ijab Nikah’. Masyarakat Sunda pun memiliki tahapannya sendiri, yaitu ‘Ngabageakeun’–>’Akad Nikah’–>’Sungkeman’–>’Wejangan’. Begitu pula dengan masyarakat Bali yang mengenal istilah ‘Mewidhi Widana’ di mana para mempelai melakukan pemujaan terhadap Yang Kuasa dipimpin oleh seorang Sulingguh. Lain lagi dengan budaya masyarakat Batak dengan istilah ‘Manjalo Pasu-pasu Parbagason’. Kesemuanya merupakan puncak dari prosesi pernikahan dalam kebudayaan Indonesia.

5. Tahapan Resepsi

Tahapan Resepsi merupakan pesta dari berlangsungnya acara pernikahan kedua mempelai yang telah bersatu dalam sebuah ikatan. Tahapan ini lebih banyak diisi dengan acara hiburan dan tentu saja sajian makanan yang dihidangkan dengan menu khas pernikahan. Masyarakat Ambon biasa menggelar ‘Piring Balapis’ yang berarti makan bersama dengan menu yang terus berganti sesuai aba-aba peluit, lalu kemudian dilanjutkan dengan acara ‘Dendang Badendang’ yaitu acara bernyanyi bersama kedua mempelai dengan seluruh undangan. Di dalam budaya Sunda terdapat acara ‘Saweran’, kedua mempelai melemparkan uang kepada setiap undangan yang hadir yang berarti saling berbagi rezeki. ‘Mejauman Ngabe Tipat Bantal’ sebuah acara pamitan setelah prosesi pernikahan dalam adat Bali dengan membagikan makanan kepada setiap tamu undangan yang hadir.
Uraian di atas merupakan garis besar dari prosesi pernikahan yang terdapat di berbagai belahan daerah di Indonesia. Dapat kita simpulkan bahwa dengan berbagai kebudayaan yang ada, terdapat sebuah ciri ataupun alur yang cenderung sama dari satu adat dengan adat yang lainnya. Begitu beragam namun tetap beralur satu. Itulah Indonesia dalam perspektif budaya pernikahan

sumber : http://cateringbandung.info/rangkaian-pernikahan-adat-indonesia-general.html 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar